Skip to main content

Nomaden Lyf!


Kembali lagi di mata kuliah yang sama dan tema berbeda. Kalau minggu pertama kuliah kemarin bahasannya adalah hobi, sekarang minggu kedua bakal bahas jalan – jalan. Kenapa jalan – jalan? Karena sebuah saran dari seorang teman. Kemudian teman yang lain meneriakkan “gapernah jalan – jalan”, “liburan kemarin cuma dirumah”, ya hampir sama dengan pemikiranku.
Syukur alhamdulillah aku mendapatkan sebuah cerita dari kehidupan ku sendiri. Dengan tema yang pas dengan bahasan yang harus dibahas minggu ini, ya minggu kedua. Diambil dari cerita sewaktu aku masih didalam kandungan seorang Mama, yang gelap sih ingat ku, hingga cerita saat ini.
Mungkin ceritaku sedikit berbeda dengan “jalan – jalan”-nya kalian ya gais. Karena biasanya jalan – jalan itu umumnya mencari sesuatu atau sebagai cuci mata atau menghilangkan kepenatan. Tapi jalan – jalanku ini itu bukan yang semacam itu. Kerennya disebut travel the nation, travel-lah ya.
Nah travel-ku ini dimulai tahun 1997. Terkejut tidak? Apa ya, ingin hati melawak tapi tidak bisa tertawa ditulisan ini. Ngakak online aja heuheu. Kembali, pertengahan tahun 1997 ini dimana aku berada dikandungan Mama. Dimana seorang Mama ini mengandungku di sebuah kota, Madiun namanya. Masa mengandung Mama sudah habis, apakah aku lahir? Maksudnya lahir di Madiun? Tidak gais. Karena pertengahan tahun 1997 aku mulai berbentuk maka aku keluarlah dari zona nyaman yang gelap gulita itu di tahun 1998 tapi tidaklah di Madiun gais, namun di kabupatennya, Magetan. Beginilah aku lahir pemirsa.
Kira – kira tahun 2001 lah ya, disitu memulai karir seorang Audhi menjadi pelajar usia dini, di Taman Kanak – Kanak. Kali ini tidak bisa hanya berdiam diri di Magetan gais, aku harus berpindah. Kemana kali ini? Karena ingatan seorang anak TK Nol Kecil masih sedikit blur, cuma kata Mama dulu TK pertama itu di Madura. Katanya kalau berangkat naik becak berdua sama adik kecilku yang hanya beda setahun dibawahku. Katanya kalau berangkat kesekolah selalu melewati ilalang – ilalang tinggi di kanan kiri jalan, pulangnya juga melewati jalan pulang yang sama. Iyalah. Kalau masalah ilalang masih ada diingatanku yang sedikit ini tentang masa di umur 4 tahun atau segituan lah.
Itu masih TK Nol Kecil gais, belum lagi yang besar. Travelling lagi dong. Kali ini masih banyak ingatanku tentang sekolah ini, teman – teman bahkan betapa polosnya aku saat itu. TK Bhayangkari Surabaya, ulululululu bangga jadi anak kota. Sekolah yang besar dimana dari TK sampai SMA itu ditempat yang sama. Karena kita sekolah paling junior, kalau pulang sekolah dijemputnya lewat pintu belakang gitu, macam lorong rahasia abang – abang SMA kalau mau bolos gitu gais.
Masih anak kota, kali ini sekolah dasar pertamaku. SDN 1 Ketintang Surabaya. Di umurku yang ke-6 tahun, aku menjadi pelajar sekolah dasar yang kini kalau pulang sekolah tidak langsung pulang karena dulu sudah ditunggu Mama didepan lorong rahasia. Hobi baru kalau pulang sekolah selalu membeli sepotong tempura tusuk, sekantong pentol kota, dan mainan buku goyang sambil menunggu jemputan. Tapi hobi ini tidak berlangsung lama, hanya setahun yeoreobun. Akhirnya aku harus mengakhiri hobi ini.
Hanya bertahan satu tahun. Why mom? Why! Tapi saat itu aku tak mengerti arti pindahan yang sangat berat, berat karena perabotan rumah itu tak seringan rumah barbie gais. Menangis online. Kenaikan kelas tiba, liburan tiba, salah. Kenaikan kelas tiba, pindahan tiba. Kasihan Mama yang berjuang sendiri karena aku dan adik yang masih rapuh. Malang kota dingin, tujuan travelling berikutnya. Di kota inilah aku menjalani kehidupan kelas 2-ku. Meskipun ini adalah kota kelahiran Papa, dan di sinilah rumah utama kami berada, kami hanya bertahan 1 semester. Panggilan travelling datang lagi.
wink-in readers

Sampai kapan cerita ini berakhir wahai penulis? Maafkan saya para pembaca, karena saya sangat senang menceritakan travelling saya ini pada rekan – rekan sekalian.
Ya baiklah singkat cerita kami travelling ke Banjarmasin. Dimana ini lumayan lama, 2 tahun, dari kelas 2 semester 2 hingga kelas 4. Ya tahun ajaran 2004-an sampai tahun ajaran 2006-an. SD Kartika V waktu itu. Karena sekolah ini dipinggiran jalan raya, jadi tidak banyak yang menjual jajanan macam pentol kotak gais, apalagi di Kalimantan sepertinya pentol bukanlah jajanan khas disana. Alhasil yang ada cuma jagung rebus, kalau beli free garam cabai yang begitulah bentuknya. Di kelas sering jadi 10 besar, tapi semakin kesini jadi naik kelas aja sudah Alhamdulillah.
SDN Mangkura. source: maps.google.com 
Travelling lagi lah. Kalimantan pernah, Jawa pernah, Madura pernah, what next? Kasi dah, Sulawesi. Makassar nih tepatnya, masih kota, Alhamdulillah anak kota. Disini nasibnya sama cuma setahun aja gais. Kelas 5 aja nih. Kali ini sekolahnya sama besarnya kayak Bhayangkari squad. Ya jelas aja ini sekolah komplek. Tidak seperti SMA 4, SMA 9 Surabaya satu daerah tapi tetap aja kan beda pintu masuk, beda lapangan upacara. Sekolah ini sungguh menyatu layaknya bakteri yang belum membelah diri. Dari SD Mangkura 1 sampai SD Mangkura 5. Sekolahku salah satu dari lima itu, karena terlupakan dibagian mana aku pernah bersekolah. Laughing is the key, readers. Kantinnya banyak gais, setiap kantin makanannya berbeda layaknya baju adat di setiap daerah.
Kali ini travelling-nya tidak memakai pesawat terbang. Mobil aja cukup pemirsa. Tapi jauhnya membuat diri ini ingin mengeluarkan turbo saja. Kalau mereka bilang hanya 4 jam, ya kalian belum tahu rasanya naik turun bukit melalui jalan yang namanya kecamatan Camba yang lika – likunya mengalahkan kehidupan para selebgram. Dulunya tahun 2006-an kan, sebegitu beratnya gais. Entahlah ini sudah 2018 sepertinya sudah dibangun gondola lift kan mana tau. Setelah menempuh jalanan itu, sampailah di kabupaten Wajo, Sengkang. Dimana disitulah seorang Audhi menjadi lulusan bocah sekolah dasar. Jadi kelas 6 hingga graduation di Wajo gais. Ditempat yang sama kok.
Masih di kabupaten yang sama, kubiarkan dulu raga ini beristirahat dari travel the nation yang melelahkan karena sudah besar dan kalo travelling harus membantu orang tua mengemasi barang. Maka disanalah Audhi and friends, salah ding, aku dan adikku memasuki sekolah menengah pertama yang sama. SMP Negri Unggulan 6 Sengkang, dulu sih unggulan tapi sekarang kalau searching  di google maps, tidak ada lagi tulisan unggulan. Tapi diriku bukanlah lulusan SMP Unggulan itu, aku harus meninggalkan teman – teman dan kenangan yang kubuat 3 tahun bersamanya dari kelas 6 SD itu. Karena panggilan alam datang kembali.
Kembalilah aku kepada kota kelahiran seorang Mama, Surabaya. Kota dimana aku TK, dan SD kelas 1. Singkat cerita aku menjadi pelajar SMP lulusan SMP Negri 22 Surabaya. Iya itu yang sekolahnya di sebelah Masjid Agung. Yang dulu kalau pulang sekolah didepan sekolah ada yang jualan cimol, batagor, leker, dan sebagainya. Kini tak lagi diperbolehkan mereka berjualan, ya alasannya baik sih, memang sangat macet kalau sudah waktunya pulang sekolah. Tapi sebagai informasi gais, yang aku tahu, abang leker sekarang jualannya di sebelah pohon deket perempatan gayungsari. Dulunya 500 rupiah kini menjadi 1000 rupiah perlembar leker. Ya sembako naik dik.
Karena selama ini kalau urus kelanjutan mau sekolah dimana never mengurus sendiri, jadi kali ini buat lanjut sekolah dimana itu terserah apa kata Mama. Dan ternyata disini kita bakal kembali ke kota yang pernah singgah di hati. Malang lagi. Karena jiwaku tak berpihak pada IPS ataupun IPA, akhirnya seorang saudara memberi saran untuk mendaftarkan diriku ke SMK Telkom Malang, yang dulu namanya masih SMK Sandhy Putra Telkom Malang, yang kini jadi Telkom Schools Malang dari tahun 2013 mungkin ya. Ya akhirnya aku resmi menjadi “siba”, siswa baru SMK Telkom Malang. Mulai dari satu gugus sama teman SMP yang dulunya kami bahkan tidak pernah saling bertegur sapa, tapi menjadi sahabat saat SMK. Kemudian satu kelas sama teman SD, tapi dia kelas B, kan aku kelas A. Hingga akhirnya menjadi lulusan SMK Telkom Malang bersama angkatan tercinta “Squad 22”.
SQUAD22. source: youtube.com/watch?v=L5OK9ig7SNM
Akhirnya kuliah juga balik lagi ke Surabaya, karena Papa asli Malang, Mama asli Surabaya, jadi kalau sudah lama tinggal di Malang, rasanya pengen nempel terus sama sepupu di Surabaya, tapi kalau sudah lama di Surabaya rasanya inginku menetap di kota dingin Malang. Ya manusia tidak ada puasnya.
Kenapa kok moving melulu sih? Sudah macam bangsa nomaden aja. Ya ini bukan keinginan travel dari diri sendiri atau orang tua. Gais, ini sebuah keharusan, karena dinas Papaku yang tidak hanya menetap di satu kota. Karena kerjaannya selalu moving, berakhirlah aku menjadi bangsa nomaden. Tapi kuliah ini, karena sudah besar dan kuliah tidak memungkinkan untuk selalu berpindah, jadi menetaplah aku di kota kelahiran Mama dimana aku hidup bersama Uti setiap harinya dan kadang saudara lainnya juga.

Comments

  1. cerita yang menarik, mbak audhi :D
    pengalamannya banyak, tapi pasti nyebelin ya ingatan kita tentang satu sekolah bisa jadi terbelah dengan momen sekolah lainnya karena kebanyakan pindah, hehehe, tapi bisa jadi pengalaman, siapa tau nanti gitu juga waktu dunia kerja :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya buuuu, ini aja nulisnya sambil nanya adek, apa nama sd waktu di banjarmasin tu lupaa

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Aku suka air, aku suka cat, aku suka cat air-_-

Halo halo, apa kabar? Kembali lagi bersama pigiminumsoda setelah 5 hari tak bertegur sapa. Apa si. Semoga kalian yang lagi baca postinganku dan aku yang sedang mengerjakan tugas ini baik – baik,  always . Kenapa tiba – tiba berdoa gini si :( Yadah, skip. Source: grup whatsapp " Cepat Nikah" Kali ini bakal bahas “Tokoh Inspirasi”. Tokoh yang bakal aku bahas ini emang bener menginspirasi jiwa dan raga, tapi ada aja gitu kan yang bikin molor. Setidaknya si mbak ini selalu kasih semangat dan dorongan tipis – tipis buat painting in watercolour . Sesungguhnya bukan mbak – mbak gais, dah punya anak, tapi yauda si kan terserah aku :( Kenapa si baper HAHAHAHAH nyebelin Source: google.com , tq Louise De Masi. Ada yang tau kah? Sesungguhnya aku follow akun instagram -nya itu barusan, kira – kira 2 tahun yang lalu? Berawal dari menjelajah negara instagram , kutemukan sang ahli watercolour . Kebanyakan suka painting about flora and fauna gitu. Suka banget da

Sini Kufotokan 😚

Annyeonghaseyoo, yorobun! Kembali lagi dipostingan pigiminumsoda.  Fyi , minggu ini tema postingannya adalah  random , terserah kita gitu mau posting apaan. Maka,  today, i will show you about my portofolio.  Dan memperkenalkan siapa saja dibalik foto – foto tersebut, dan (lagi) sedikit memberi informasi tentang detail foto yak ges. Nah ntar aku kasi kalian sebagian cerita dari foto  yang bakal aku lihatkan  ke kalian, beserta manusia – manusia yang berada dibalik foto. Perhatikan Dengan Seksama Gb.1 Kayu Tangan, Malang             Nah yang ini berlokasi di Kota Dingin, Kota Malang, Jawa Timur. Tepatnya diambil di jalan Kayu Tangan, diatas jembatan penyeberangan. Waktu itu sedikit hujan manja, terlihat bayangan air hujan yaitu bokeh. Dimana foto ini diambil oleh diriku sendiri ditemani oleh si adek  (ig:  ramsdeva )  yang Alhamdulillah berniat menemaniku dimalam yang dingin itu. Teknik: Long Exposure ISO 100 f/14 Shutter Speed 6sec Gb.2 Kota Bat

Masa Jaia ESEMKA! SMK Bisa!

Yak, selamat datang kalian pembaca setia blog pigiminumsoda. Tema yang disepakati kelas Copywriting kita kali ini adalah masa kecil. Karena SMK adalah diriku yang masih kecil, imut dan polos. Kali ini temani aku flashback bole la ya. Yuk dah langsung! Keyword: Gavin Meme SMK Kelas 10 Masih kelas 10 gais, takut banget ngantin. Dimana sekolahku tu ada yang namanya kesenioritasan. Kalian bisa pandang negatif, tapi dari aku sendiri, hal ini ada baiknya buat aku sendiri, semacam menghormati agar dihormati. Oke sekip. Jaman pake tas sekolah yang ada gantungan kuncinya berisik bet. Temen kelas yang satu koridor pasti pada ngerti kalo aku baru dateng, ß ini adalah pengakuan sesosok teman yang beda kelas saat itu (ig: adrian ).  Dan tiap pulang sekolah gantunganku biasanya sering dicolongin sama bunga , dan aku sadar dan kurebut kembali keberisikanku. source: line adek, tq dek. Awal – awal masih jadi anak baik, pake sepatu item polos kaga ada putihnya samsek. Perten